Rabu, 14 Maret 2012

Membunuh Tanpa Menggunakan Pisau

MEMBUNUH TANPA MEMAKAI PISAU (Matius 5: 21-26) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Mat 5:21-24) Saya pernah mendengarkan sebuah istilah yang dikatakan oleh Wiranto. Wiranto mereasa difitnah dalam kasus Timor-timor, kasus mei di Jakarta. Dia mengatakan bahwa itu adalah pembunuhan karakter. Dia merasa itu adalah pembunuhan karakternya. Ia akan semakin dibenci oleh orang. Fitnah, menjelek-jelekan orang memang merupakan sebuah pembunuhan karakter. orang itu akan dipandang jelek dan rendah oleh orang lain. Bagaimana dengan memaki secara langsung? Ternyata itu juga merupakan sebuah jenis pembunuhan., seperti yang tadi kita baca. Pembunuhan ini adalah pembunuhan yang tidak memakai pisau atau pistol. pembunuhan ini hanya memakai kata-kata makian, kutukan, ejekan dll. Pembunuhan itu bukan hanya menyangkut soal fisik. Para ahli Taurat dan orang Farisi ,berusaha membatasi istilah membunuh hanya kepada tindakan menumpahkan darah manusia. Jikalau mereka menjauhkan diri dari perbuatan membunuh/menghilangkan nyawa seseorang, maka mereka menganggap sudah memenuhi perintah tersebut. Dan inilah rupanya yang diajarkan para rabi kepada masyarakat. Tapi Yesus tidak sependapat dengan mereka. Penerapan dari larangan itu jauh lebih luas. Larangan membunuh dalam kitab Taurat itu jauh lebih luas, bukan hanya sekedar jangan menghilangkan nyawa orang lain. Tuhan Yesus mengatakan bahwa membunuh bukan hanya tindakan fisik, namun kalau kita marah terhadap sdr kita, maka itu sama dengan membunuh Ayat 22: setiap orang yang marah kepada saudaranya harus dihukum, siapa yang berkata kepada suadaranya kafir harus dihadapkan kepada Mahkamah agama. Bahasa Aram dari Kafir adalah Raka, yang artinya: kosong, kafir, atau sebuah penghinaan yang berhubungan dengan otak seseorang. Raka artinya: OTAK UDANG, BODOH. ini Merendahkan sesama, oleh karena bermusuhan atau membencinya. Mengucapkan otak udang , atau kafir kepada sesama kita, adalah sesuatu yang mengerikan dihadapan Allah. Perkataan itu keluar dari hati yang busuk. Tuhan Yesus mengatakan Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Mat 15:19. Perhatikan kata pembunuhan. Dari mana asalnya? Dari hati. Pembunuhan bisa dilakukan oleh hati, oleh ucapan, dan bukan hanya dengan pisau Kita dapat menghancurkan reputasi seseorang hanya melalui perkataan. Kita dapat menghancurkan harga diri seseorang hanya melalui perkataan. Kita dapat membunuh seseorang tanpa memakai pisau, cukup dengan perkataan yang tajam dan pedas, dengan kutukan. Bagian selanjutnya dalam ayat ini adalah mengatakan orang lain jahil. Mereka yang mengatakan orang lain “jahil” kita harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.. Jahil dalam bahasa aramnya: more , yang artinya. pemberontak, buangan Murtad. A B Bruce: ada perbedaan antara RAKA MORE Raka menyatakan bahwa kita memandang rendah tingkat kecerdasan seseroang, mis: otak udang, tolol Sedangkan More: menyatakan bahwa kita memandang rendah hati dan watak seseorang, misalnya : bedebah, pemberontak, buangan, murtad, bajingan. Namun di mata Allah makian-makian seperti tadi dan sejenisnya, setingkat dengan pem­bunuhan. Seperti ditulis Yohanes di kemudian hari, 'Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia' (1 Yoh 3:15). Amarah dan caci-maki, kutukan merupakan tanda bahwa seseorang ingin menghabisi orang yang tidak disukainya. Ucapan semoga ia lekas mati, baik yang diungkapkan secara terang-terangan maupun disimpan dalam hati adalah pelanggaran terhadap perintah keenam, jangan membunuh. Mat 5:22 “:Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum.”. Ayat 21 dituliskan siapa yang membunuh harus dihukum Ayat 22 setiap orang yang marah terhadap sdrnya harus dihukum Bagaimana menghukum orang yang marah? Hal ini tentunya tidak bisa terlaksana secara harfiah dalam pengadilan dunia (sebab pengadilan tidak mungkin menuntut seseorang karena ia marah), namun ini mungkin dilakukan di hadapan kursi peradilan Allah. Kata dihukum dalam ayat 21 dan ayat 22 memakai kata Yunani yang sama, namun kita harus mengambil kesimpulan bahwa kata dihukum dalam ayat 22 adalah hukuman yang akan dijatuhkan Allah. Sebab tidak ada peng­adilan manusia yang dapat menyidangkan orang karena menaruh amarah dalarn batin. Orang yang marah akan dihukum dihadapan Allah, demikian juga caci maki , kutukan akan membuat orang yang melakukannya dihadapkan bukan saja ke Mahkama Agama, melainkan bahkan diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala (ay 23). Mat 5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Ini adalah pernyataan yang sangat penting Larangan jangan membunuh bukan hanya bahwa kita tidak boleh membunuh, atau mengutuk, atau berkata jahat kepada saudara kita, tetapi kita juga harus bertindak untuk memperbaiki hubungan kita dengan saudara kita. Ada sebuah bahaya dalam kehidupan rohani orang Kristen. Bahaya itu adalah orang Kristen ingin menyeimbangkan perbuatan jahatnya dengan perbuatan baiknya. Caranya adalah kalau sudah berbuat jahat, datang ke gereja mempersembahkan persembahan kepada Tuhan. Tujuannya jelas, ingin menutupi kesalahannya itu dengan persembahan atau ibadahnya. Orang-orang Farisi ahli dalam melakukan hal ini. Setelah mereka mengutuki sesamanya dengan penuh kejijikan, mereka akan datang untuk menyembah Allah dan memberikan persembahan. Dosa-dosanya hendak dibelinya dengan persembahan, dengan pelayanan Apa yang Tuhan Yesus katakan ? Mat 5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Bagi Allah , nilai ibadah atau persembahan, atau pelayanan berkaitan dengan hubungan dengan sesame kita Bagi Allah, hal yang sangat vital adalah sdr membereskan dulu permusuhanmu dengan sesamamu. berhentilah dahulu berdoa, pergilah kepada sdrmu itu, bereskan masalahmu setelah itu barulah sdr kembali ntuk berdoa, memberikan persembahan Allah menantikan sdr membereskan masalahmu dengan sesamamu. Kita tidak dapat memiliki hubungan yang benar dengan Allah sampai kita memiliki hubungan yang benar dengan sesama. Hubungan kita dengan Allah adalah yang paling utama, tetapi Tuhan selalu menilai kita berdasarkan hubungan kita dengan sesama kita. Keberadaan kita di hadapan Allah akan terkait erat dengan keberadaan kita di hadapan sesama. Kita perlu dalam keadaaan benar dengan orang-orang agar benar dengan Allah dan kita perlu dalam keadaan benar dengan Allah agar benar dengan orang-orang. Hubungan kita dengan orang lain memang tidak selalu berjalan dengan baik. Terkadang timbul gesekan-gesekan dengan sesama pelayan Tuhan dengan majelis, dan dengan aktivis dan jarang sekali gesekan dengan jemaat. Hal seperti itu sebenarnya mudah dibereskan, yaitu langkah pertama membereskannya dengan doa. Ketika berdoa, kita akan diingatkan bahwa ada gesekan yang telah terjadi dan kita didorong untuk segera berdamai. (Pdt.Eka Darmaputra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar