Jumat, 08 Juni 2012

MEMBERI Matius 6:1-4

MEMBERI Matius 6:1-4 Pengembangan hukum Taurat yang para ahli kitab kerjakan pada masa pasca nabi Maleakhi (intertestamental time) melayani begitu menyesakan bagi Israel. Pengembangan hukum Taurat digambarkan oleh Tuhan sebagai kuk yang membelenggu tengkuk Israel; Israel justru tidak terarah hidupnya kepada hormat TUHAN, melainkan justru membawa hidup Israel takut kepada para “pengawal” Taurat yaitu para Farisi, Imam, ahli Kitab, justru yang nyata dalam setiap rangkaian ibadah yang terselenggara adalah kemunafikan. Pada Matius 5 dan 6, Tuhan Yesus mengajarkan kembali beberapa bagian hukum penting yang telah mengalami penyimpangan. Tiga contoh kehidupan ibadah yang munafik yang dibongkar Yesus adalah sedekah, berdoa, dan berpuasa. Pada pembahasan nats renungan Minggu ini, jika ibadah didasarkan pada motivasi yang salah! Sedekah, berdoa, juga berpuasa tidak berarti apa-apa kalau bertujuan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri (6:2,5,16). Seharusnya, sedekah adalah sikap ibadah yang mengakui bahwa Allah adalah sumber berkat, dan kita adalah penyalur berkat-Nya. Berdoa dan berpuasa semestinya dilakukan sebagai pernyataan kerendahaan hati untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Ada tiga hal yang Tuhan sampaikan sebagai pengajaran tentang sedekah dan sekalian sebagai penyingkapan atas kesalahan yang terjadi selama ini dalam hal memberi sedekah yaitu: 1. Ayat 2. Jika memberi sedekah atau persembahan jangan mencanakan (mengumumkan). Bagi para golongan berada pada waktu itu mereka senang memberi sedekah dan persembahan ke bait Allah dengan harapan mendapatkan pujian sebagai seorang yang murah hati, seorang yang senang memberi. Ingat Tuhan katakan pada saat itu juga dan tidak ada upah kekealan baginya. 2. Ayat 3. Jika memberi sedekah hendaknya dengan ihklas jangan harapan imbalan ataupun membuat ikatan atas pemberian tersebut dengan orang yang menerimanya. 3. Ayat 4. Jika memberi sedekah hendaknya tidak diketahui oleh orang. Kecenderungan manusia tidak bisa terima jika apa yang dikerjakannya ataupun apa yang diusahakannya tidak mengangkat dia. Demikian seharusnya diingat bahwa hanya Tuhan saja yang selayaknya menjadi kepentingan kita dalam segala yang kita kerjakan. Para kekasih Tuhan, Kita perlu belajar memeriksa ibadah kita di bawah terang firman Tuhan karena terlalu sering ibadah yang suci ternodai oleh motivasi kita yang ingin dikenal sebagai orang saleh, dermawan, dst. Padahal ibadah sejati membawa kita lebih rendah hati karena menyadari segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Tuhan. Ibadah sejati pasti berujung pada ucapan syukur dan kesediaan serta tindakan berbagi berkat Tuhan untuk sesama.